Dugem Jadi Gaya Hidup 


Dugem Jadi Gaya Hidup Remaja Metropolis
DUGEM:
Dugem adalah istilah gaul yang berasal dari singkatan dua kata: DUNIA GEMERLAP(. Istilah ini menjadi sangat terkenal di Indonesia seiring dengan kebutuhan para eksmud (eksekutif muda) untuk menyeimbangkan diri dari tumpukan emosi dan rutinitas pekerjaan seminggu di kantor dan bisnis yang dikelolanya sendiri.
Berdugem-ria dengan menikmati suasana diskotik, cafe, bar atau lounge yang menghadirkan musik dengan bit yang kuat, cepat dengan volume yang keras yang  merangsang badan ikut '' SHAKE n MOVIN '' dan sekadar bergoyang semalaman, Dugem telah menjadi program rutin banyak orang bahkan mereka telah mengalokasikan dana khusus untuk hal yang mereka sebut ‘memanjakan diri menghilangkan penat itu.
Entah sejak kapan istilah dugem atau dulalip mulai populer di kancah gaul anak- anak muda kota besar. Kalau diamati, penampilan anak-anak yang suka dugem juga sangat khas. Mereka itu suka dandan modis, gemar begadang, punya BAHASA PERGAULAN sendiri, dan tidak keberatan merogoh koceknya (hingga berapa pun) demi membayar COVER CHARGE (tarif masuk)
.
Tapi, tak sedikit pula para clubbers (sebutan orang yang suka clubbing) berasal dari berbagai macam tingkatan sosial mulai dari tukang parkir, eksekutif, oknum kepolisian dan TNI, pelajar biasa, sampai ibu-ibu rumah tangga. Usianya pun beragam mulai dari remaja belasan tahun sampai kakek-kakek.
Memang, menikmati hiburan malam bagi para clubbers adalah sebuah kewajaran, tren, dan hanyalah cara penghilang kepenatan dari aktifitas harian mereka.
Lebih jauh lagi, banyak yang secara terang-terangan membentuk KOMUNITAS tertentu yang kemudian membisniskan clubbing ini dengan menjadi promotor yang menggelar RAVE PARTY berskala besar dengan mendatangkan DJ kelas dunia dari luar negeria, dugem lambat laun menjadi gaya hidup yang aman dan nyaman untuk dinikmati remaja yang tinggal di MANA SAJA. Dan tak dipungkiri, alkohol dan seks bebas amat dekat dengan gaya hidup semacam itu. Tapi semua itu lagi-lagi terpulang pada pribadi masing-masing untuk terjerumus alkohol dan seks bebas.
Menariknya lagi, soal cara berpakaian juga diatur sedemikian rupa. Tidak harus mengenakan dress code, namun pengunjung wajib rapi. Kalau ada yang pakai celana pendek saat dugem, sangsi moral berlaku. Yakni dibereng ramai-ramai sampai akhirnya pengunjung tak sopan itu malu sendiri.
.
“Selama keberadaan kita-kita tidak mengganggu orang lain, saya kira itu tidak fair kalau dikait-kaitkan dengan moral....